top of page

Ilmuwan Indonesia dan Eropa Teliti Lautan Lengguru-Kaimana, Papua Barat

October 11, 2017

JAKARTA (12/10/2017) – Nama Indonesia kembali berkibar di dunia internasional di bidang penelitian. Mengulang sukses penelitian sebelumnya, Ekspedisi Ilmiah Internasional Lengguru Kaimana kembali digelar. Ekspedisi tahun ini adalah seri program penelitian multiyears yang dimulai sejak 2010. Program riset antarbangsa tersebut mengusung topik “Karst and Biodiversity in Western Papua". 

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), M. Zulficar Mochtar, mengungkapkan, ekspedisi Lengguru 2017 kali ini, sekaligus menandai satu dekade penelitian diversitas akuatik di tanah Papua, yang telah sukses menemukan puluhan spesies baru untuk ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangsih pada sektor perikanan ikan hias air tawar. 

 

Dirham, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menuturkan bahwa amat penting dicatat, ekspedisi sebelumnya (Lengguru 2014) merupakan eksplorasi saintifik terbesar yang pernah dilakukan di Indonesia. Ekspedisi ini dilakukan secara masif (multi disiplin, multilembaga dan multi taksa) dan melibatkan lebih dari 100 orang, baik ilmuwan dalam negeri maupun luar negeri.

 

Sementara itu, Kadarusman, dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan (Politeknik KP) Sorong dan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jakarta, taksonom molekuler itu mengupas lebih jauh bahwa tim tertarik ke daerah formasi karst Lengguru-Kaimana karena formasi batuan karst ini memiliki tofografi yang sangat unik,  baik lautan maupun daratannya. Lebih lanjut, ia menuturkan, formasi Lengguru terbentuk sekitar 10 juta tahun silam dimana rona tofografinya ibarat labirin berbentuk zig-zag, sulit diakses, dan dipercaya menjadi reservoir keanekaragaman hayati yang belum terjamah. “Data biologis dari daerah ini sangat minim,” ujarnya.

 

Ekspedisi kali ini diprakarsai oleh LIPI, Politeknik KP Sorong BRSDM KKP, dan Institute de Recherche pour le Developpement (IRD) Perancis, serta dukungan penuh Pemerintah Kabupaten Kaimana. “Bentuk sinergi seperti ini telah kami budayakan untuk riset antarlembaga di Papua dengan mengedepankan semangat kerja sama mutualisme, menghormati local wisdom plus traditional knowledge Papua,” tukas Endang Gunaisah, Direktur Politeknik KP Sorong.

 

Tim terdiri dari 30 orang, dan 13 orang diantaranya dari negara-negara Eropa. Mereka berasal dari berbagai insitusi dan varietas disiplin ilmu pengetahuan, taksonomi, evolusi, ekologi, ornitologi dan biologi laut. Tim akan menggunakan kapal Latih Airaha 02 milik BRSDM KKP dan akan melakukan pelayaran mulai 15 Oktober hingga 26 November 2017. Tim yang dikoordinir oleh tiga ilmuwan senior dari lembaga pemakarsa tersebut akan melakukan sampling di bagian barat pegunungan Kumawa, Teluk Triton dan Kayu Merah.

 

Laurent Pouyaud, peneliti senior IRD Perancis menguraikan pula bahwa tim akan fokus mengkarakterisasi biota mulai dari kedalaman 100 meter hingga ketinggian gunung 1.400 mdpl. Tim kelautan akan meneliti keragaman biota ikan, krustasea, ekinodermata, karang dan organisme asosiatif lainnya. Sedangkan tim pegunungan akan mengeksplorasi keragaman burung-avifauna di daerah ketinggian yang berkabut. Semua spesimen yang didapatkan akan dianalisis di laboratorium LIPI, dimana kegiatan analisis spesimen menggunakan pendekatan hibrid, molekuler dan morfologi.

 

Peneliti biologi-molekuler kelautan LIPI, Irma Arlyza menggaris bawahi bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menguatkan kerjasama riset antarlembaga dan antarbangsa lewat inventori biota laut dengan pendekatan DNA Barcoding dan eDNA metabarcoding. Program riset ini pula memberikan peluang kepada ilmuwan muda Indonesia untuk lanjut studi dan training di luar negeri, analisis dan sharing data serta publikasi bersama.

 

“Mengingat ekspedisi kali akan berlangsung cukup lama, pihak kami membutuhkan keikutsertaan seorang dokter lapangan untuk memastikan kesehatan dan kondisi prima tiap peneliti, mengingat medan dan cuaca di Papua sangat sulit diprediksi. Selain itu, daerah Papua termasuk dalam zona endemisitas malaria, yang dapat menginfeksi siapa saja dan kapan saja,” tutup Kadarusman.

Launching Generic classification of the Indonesia's freshwaterfishes (GECIF)

April 12, 2017

Taruna Prodi Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, STP Jakarta meluncurkan produk iktiologi berupa identifikasi generik ikan air tawar Indonesia. Selama ini, produk ini belum pernah ada karena pengerjaannya yang rumit dan kompleks, terutama pada validitas nomenklatur spesies dan genus. Kegiatan peluncuran produk tersebut dilaksanakan bertepatan dengan hari ulang tahun laboratorium Biologi dan Konservasi (BIOVASI).

Moch. Heri Edy, Ketua STP mengapresiasi hasil kerja taruna yang mampu menghadirkan solusi bagi kita semua, pengkaji sumberdaya ikan dan pengelolaannya. Ia menggarisbawahi bahwa karya produk seperti ini lah yang diharapkan muncul secara berlanjut di pendidikan tinggi vokasional.

 

Program GECIF (Generic classification of the Indonesia’s freshwaterfishes) dilaksanakan sepenuhnya oleh taruna Perdana TPS di bawah bimbingan group dosen kesubrumpunan Bioekologi. Hasil ulasan mereka menunjukkan bahwa, saat ini Indonesia memiliki ikan air tawar sebanyak 1.240 spesies valid, yang tergabung ke dalam 301 genera, 85 famili dan 21 ordo. 

 

Menurut Heri Triyono, dosen TPS mengemukakan bahwa selama ini, masyarakat sulit mengidentifikasi jenis spesies ikan air tawar  di Indonesia karena tidak adanya penuntun (guideline) yang mudah dipahami, minimal kita dapat mengetahui level genus atau famili. Atas dasar ini, dosen dan taruna TPS berupaya untuk menghadirkan perangkat (tool) yang bermanfaat untuk pengidentifikasian, tutupnya.

 

Didi Hidayat, perwakilan taruna yang menyelesaikan program tersebut menuturkan bahwa ia dan tim membutuhkan 10 hari non stop, siang dan malam untuk menyelesaikan produk ini. Ia menjelaskan bahwa hal yang paling sulit adalah menentukan spesies/genus yang valid saat ini, mengingat beberapa spesies dan genus telah mengalami perubahan/akuisisi nama. Mereka menggunakan 6 penelesuran online untuk memastikan validitas suatu nomenklatur genus.

 

Disisi lain, Kadarusman, taksonom Indonesia, yang mengarahkan para taruna untuk mengakses data dan menyusun produk iktiologi ini, meneraskan bahwa melalui produk ini, masyarakat dapat mengidentifikasi jenis (level genus) ikan air tawar yang di dapatkan, selain itu masyarakat dapat mengakses produk ini secara online.

Scientific seminar-BIOVASI, STP Jakarta

March 18, 2017

Seminar saintifik BIOVASI, STP Jakarta

Pertemuan ilmiah ini adalah bagian dari seminar rutin dosen STP Jakarta.
Kali ini, dikaitkan dengan Celebration the 1 st Anniversary of Lab. Biology and Conservation.

Pematerinya terdiri dari dosen dan mahasiswa, yang saat ini sedang menuntaskan penelitiannya di Lab. Biovasi.
Seminar ini terbuka untuk umum, gratis.

Difusi Brosurnya dapat diakses pada link ini.

 

Kerjasama Riset ikan danau Sentani, Jayapura

June 01, 2016

Kerjasama riset di danau Sentani diilhami oleh kesuksesan Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong dalam mengkarakterisasi sumberdaya ikan air tawar di Papua selama lebih dari satu dekade, dalam kurun waktu tersebut, sejawat dari kampus Sorong telah memberikan kontribusi nyatanya dalam bidang ilmu pengetahuan perikanan dan iktiologi serta pengembangan kultivasi ikan-ikan endemik Papua melalui program domestikasi. Selain itu, Politeknik KP Sorong memiliki lebih dari 50 jaringan riset nasional dan internasional dalam konteks diversitas ikan-ikan tawar tropis yang mendiami kawasan Austro-New Guinea. Atas dasar semangat untuk menumbuhkan sinergi antar lembaga di Papua melalui pengkajian karakterisasi ikan rainbows di danau Sentani, Badan Penelitian dan Pengembangan daerah (Balitbangda kabupaten Jayapura) menggandeng Politeknik KP Sorong.

KOMPAS: Mencari Pelangi Sentani yang Hilang

May 08, 2016

Dalam ekspedisi ke Indonesia tahun 1907, pakar zoologi berdarah Jerman Max Carl Wilhelm Weber mengoleksi ikan eksotik dari Danau Sentani, danau terbesar di Papua.

Ikan sepanjang 12 centimeter itu menarik perhatian karena tubuhnya yang berwarna pelangi, dengan demikian dimasukkan dalam golongan ikan pelangi.

Sejumlah ekspedisi yang dilakukan dari tahun 1950-an hingga 1980-an berhasil mendokumentasikan kembali keberadaan ikan pelangi Danau Sentani atau Chilatherina sentaniensis.

KOMPAS: Ikan Pelangi Berkelopak Mata Emas Ditemukan di Papua - Kompas.com

January 21, 2016

Delapan jenis ikan pelangi ditemukan di wilayah kepala burung Papua. Temuan itu merupakan buah dari ekspedisi internasional rainbowfish Papua yang dilakukan tahun 2007-2008 lalu.

Kadarusman, pakar taksonomi molekuler dari Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong, yang memimpin ekspedisi, mengatakan, ikan pelangi yang baru saja ditemukan berasal dari genus Melanotaenia.

Ikan-ikan itu ditemukan saat tim peneliti menyisir perairan wilayah Sorong Selatan, Teluk Bintuni, Manokwari Selatan, dan Teluk Wondama.

Satyalancana Wirakarya: A decade of discovery

August 15, 2015

atu dekade Dr. Kadarusman menggeluti riset tentang Ikan Rainbow di New Guinea dan Australia. Dan, pada 17 Agustus 2015, Presiden Joko Widodo menganugerahkan tanda kehormatan negara padanya sebagai penghargaan negara terhadap prestasi yang telah diberikan pada bangsa dan negara.

Please reload

bottom of page