top of page

Kerjasama Riset ikan danau Sentani, Jayapura

Kerjasama riset di danau Sentani diilhami oleh kesuksesan Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong dalam mengkarakterisasi sumberdaya ikan air tawar di Papua selama lebih dari satu dekade, dalam kurun waktu tersebut, sejawat dari kampus Sorong telah memberikan kontribusi nyatanya dalam bidang ilmu pengetahuan perikanan dan iktiologi serta pengembangan kultivasi ikan-ikan endemik Papua melalui program domestikasi. Selain itu, Politeknik KP Sorong memiliki lebih dari 50 jaringan riset nasional dan internasional dalam konteks diversitas ikan-ikan tawar tropis yang mendiami kawasan Austro-New Guinea. Atas dasar semangat untuk menumbuhkan sinergi antar lembaga di Papua melalui pengkajian karakterisasi ikan rainbows di danau Sentani, Badan Penelitian dan Pengembangan daerah (Balitbangda kabupaten Jayapura) menggandeng Politeknik KP Sorong.

Tofografi danau Sentani, Jayapura, diselimuti perbukitan dengan rumput savanah, terbentang mulai dari daerah Yoha hinga Jafuri. Foto: Kadarusman/STPJakarta-2016

Danau Sentani, terletak di jantung kawasan administratif Kabupaten Jayapura. Danau ini termasuk ekosistem lakustrin terluas (9,360 ha), terpanjang (26,9 km) dan terdalam (74 m) di Pulau Nugini ‘New Guinea’ (Papua Indonesia dan Papua New Guinea/PNG).

Rainbowfishes di Danau Sentani dan sistem drainase asosiatifnya terdiri dari 5 spesies (3 genera); Chilatherina sentaniensis, C. fasciata, Glossolepis incisus, G. pseudoincisus dan Melanotaenia affinis. Namun, kedua spesies Chilatherina masih menyisakan kontroversi taksonomik. Disisi lain, beberapa populasinya terancam punah di alam akibat menurunnya fungsi ekologi dan ketidakseimbangan sistem predasi. Alhasil, populasi lakustrin C. sentaniensis dimasukkan ke dalam daftar spesies terancam punah, Redlist IUCN 2012. Spesies karismatik ini terakhir dikoleksi pada 1954, dan Gerald R. Allen gagal menemukannya kembali sepanjang 1980-an, kemudian ia menyatakan rainbow Sentani kemungkinan besar telah punah dari alam (Allen, 1991, see p.79). Berdasarkan fenomena diatas, urgensi kajian diversitas-sistematika, domestikasi dan konservasi ikan rainbowfishes di danau Sentani, khususnya C. sentaniensis menjadi salah satu program prioritas penyelamatan spesies endemik di tanah Papua.

Sampling dengan menggunakan jala di Kwadeware, ikan rainbows dapat ditemukan di pemukiman padat penduduk hingga bagian danau yang tak berpenduduk. Foto: Ohee/Uncen-2016

Penelitian lapangan berlangsung selama 15 hari sepanjang bulan April-Mei 2016, mengoleksi 623 spesimen dari 44 populasi, yang ditangkap sepanjang sudut danau dan sistem sungai-sungai di sekitarnya (pegunungan Cyclops). Riset lapangan ni dipimpin langsung oleh taksonom Kadarusman PhD (STP Jakarta), dibantu oleh Hadi Nur Rohman (Politeknik KP Sorong), dan Dr. rer. nat. Henderite Ohee (Uncen Jayapura).


Hasil penelitian tersebut didiseminasikan pada 2 Juni 2016 di kampus Politeknik KP Sorong. Dalam pemaparannya, tim telah menghasilkan peta (mapping) distribusi rainbows di Danau Sentani, yang dilengkapi dengan foto ikan, nama jenis yang tervalidasi, lokasi keberadaan spesies, dan posisi titik koordinat. Mapping diversitas ikan seperti ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk semua kalangan, dan secara spesifik sangat bermanfaat untuk pengembangan kawasan perikanan, kultivasi dan konservasinya. Lebih lanjut, tim menerangankan bahwa ada 4 jenis yang mendiami danau Sentani (G. incisus, G. pseudoincisus, C. fasciata dan C. sentaniensis), namun tim mendokumentasikan fenomena biologis dalam konteks sistem ruaya, dimana hanya rainbows genus Chilatherina yang mampu menginvasi eksosistem sungai di pegunungan Cyclops dan mampu hidup bersama (co-habit) dengan M. affinis yang dikenal sebagai rainbow mendiami sistem sungai di daerah pegunungan.

Performa morfologi Chilatherina sentaniensis, spesies yang telah dianggap punah, kemudian ditemukan kembali (rediscovery) pada kegiatan riset ini. Foto: Kadarusman/STPJakarta-2016

Pada konteks lain, Dr. Kadarusman dan tim memproklamirkan penemuan kembali (rediscovery) spesies karismatik C. sentaniensis (Weber, 1907) yang telah dianggap punah sejak awal 1980. Penemuan ini penting karena dilakukan oleh taksonom Indonesia, bukan peneliti asing, yang mengkiaskan kemandirian dan reputasi yang berasal dari sumberdaya manusia asal Papua. Untuk pertama kalinya, tim riset mempublikasikan bahwa C. sentaniensis belum punah, dan masih ditemukan di alam yang terdeteksi hidup bersama dengan 2 jenis lrainbows ainnya (G. incisus dan C. fasciata). Presensi spesies karismatik tersebut dapat ditemukan sepanjang 15 lokasi, baik sungai maupun sudut danau mulai dari Distrik Heram hingga Distrik Waibu. salah satu ciri khas dari karakter morfologi C. sentaniensis yaitu memiliki kepala dan moncong kepala yang lebih panjang dibandingkan dengan C. fasciata.


Namunpun demikian, kelangsungan hidup ikan rainbows Sentani didera oleh tekanan aktivitas antropogenik (polusi) dan spesies introduksi yang invasif (African Chiclids, Channa sp. dll). Spesies introduksi saat ini dapat dianggap telah mendominasi spektrum air danau Sentani, dan telah engancam kelangsungan ikan-ikan asli danau tersebut. Disisi lain, beberapa bagian danau Sentani (Distrik Sentani Timur dan Sentani) telah mengalamai tingkat pencemaran air yang telah melewati ambang batas (parameter kualitas air: oksigen terlarut, nitrat dan nitrit). Atas dasar tersebut, tim mengoleksi beberapa populasinya untuk didomestikasi sebagai cikal-bakal pengembangan budidayanya dan peruntuntukan konservasi (reinforcement).


Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page