top of page

AIS Indonesia, together against bioinvasion

Usulan aplikasi AIS Indonesia

IndoSAI merupakan projek yang didalamnya terdapat informasi spesies ikan asing baik invasif ataupun non-invasif yang berkembang dan tersebar di Indonesia. Informasi-informasi seperti ini mungkin dapat kita temukan di internet, namun hal itu akan memakan waktu yang lama sebab terkadang data yang dibutuhkan tidak berada dalam satu website. Untuk itu, kami mengeluarkan IndoSAI ini dalam bentuk aplikasi, agar masyarakat lebih mudah menggunakannya.

Informasi yang ada dalam aplikasi ini, sudah dilakukan penyaringan keakuratan informasi. Informasi apa saja yang kita dapat? Yaitu meliputi, spesies ikan yang dilengkapi dengan foto, sebaran daerah per spesies, dampak yang ditimbulkan dari adanya spesies tersebut di Indonesia, lalu apakah ikan tersebut dikonsumsi ataupun sebagai ikan hias, origin atau asal negara dari ikan tersebut. Flyer tentang aplikasi ini dapat diunduh pada link ini, sedangkan poster pada paper size A1, click here.

Asal usul ide

Akademik merupakan hal yang terpenting saat ini, hal ini memicu orang-orang untuk berinovasi dan menjadi yang terbaik. Dan pada era ini (Era evolusi Industri 4.0) , inovasi yang diciptakan dapat dipadukan dengan hal lain seperti seni, teknologi, dan lain-lain. Dari sekian banyaknya inovasi yang tercipta, membuat kami taruna dan juga dosen tidak ingin ketinggalan untuk berinovasi. Lalu, muncul lah gagasan projek ini yang memadukan antara akdemik dan juga teknologi. Seperti kata pepatah, nothing worth having comes easy. Dimana kami harus melalui proses yang sangat panjang dan juga sulit. Banyak hal yang kami lalui dalam pengerjaan projek ini. Mulai dari hal baik maupun hal yang buruk sekalipun.

Proses

Dalam mengawali projek ini kami harus menentukan koordinator sekaligus tugasnya terlebih dahulu. Diantaranya koordinator data spesies, maping, chord diagram, paper review tentang informasi yang akan diinput, desain infografis, dan desain aplikasi. Lalu selain koordinator, kami mencari data tentang jenis-jenis spesies asing yang tersebar di Indonesia. Kami mengambil sumber dari beberapa sumber, baik itu Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, LIPI, Universitas, serta beberapa reference online internasional.

Tahap Pencarian Data Spesies

Pengerjaan pertama dalam projek ini adalah proses pencarian data jenis-jenis spesies asing yang ada di Indonesia berdasarkan data hasil review yang menyediakan list tentang spesies ikan di Indonesia, dimana koordinator yang bertanggung jawab adalah Hardianti Fami dan Faathir Rajaf. Informasi yang dibutuhkan yaitu, nama ilmiah, gambar, nama lokal di Indonesia, nama Internasional, dll. Informasi-informasi di atas merupakan ketentuan yang telah diberikan oleh koordinator. Dalam pengambilan gambar dari internet pun memiliki aturan tertentu, dimana kita harus mengutip dari mana atau milik siapa gambar tersebut. Terjadi banyak perubahan dalam proses pengumpulan data, dimana kami menambahkan apa status ikan tersebut di Indonesia seperti sebagai kegiatan budidaya, ikan hias, ataupun yang lainnya (kesehatan, penelitian dll), dan juga kami menambahkan data tentang dampak yang ditimbulkan dari spesies ikan tersebut ketika masuk di perairan Indonesia.

Kesulitan dalam tahap ini adalah kami harus menyeleksi jenis-jenis spesies ikan dari beberapa sumber agar tidak ada spesies yang overlap. Di sisi lain, kurangnya ketersediaan data dan atau informasi yang kurang akurat. Kendala lain yang kami alami sungguh di luar dugaan, yaitu matinya aliran listrik di kampus yang diawali dengan hujan lebat. Matinya aliran listrik ini berlangsung sangat lama, dimulai dari pagi hari sampai tengah malam. Beruntunglah hatchery di kampus kami memiliki genset, sehingga pada pagi hari kami mengambil aliran listrik dari hatchery yang berada tidak jauh dari kelas. Setelah kita mendapat sumber listrikpun masih ada kendala lain yang muncul yaitu tidak kuatnya sumber listrik untuk menahan beban digunakannya listrik tersebut secara bersamaan, sehingga beberapa kali aliran listrik tersebut mati. Kami bekerja hingga sore hari, namun diselingi dengan istirahat makan dan juga ibadah sholat.

Pada malam harinya, karena aliran listrik belum juga menyala untuk itu kami memutuskan untuk melanjutkan kegiatan ini di hatchery. Karena luasan hacthery yang tidak terlalu besar, sehingga beberapa dari kita menyebar untuk mencari sumber listrik lain. Putusnya aliran listrik ini melumpuhkan pengerjaan projek kami, karena banyak dari kami yang laptopnya harus tersambung aliran listrik agar bisa menyala. Pada hari berikutnya, kami masih berkutik dengan pencarian data spesies. Kantuk dan lelah mulai menggerayangi tubuh ini, seolah mereka menjadi teman yang selalu menemani disetiap harinya. Setiap hari kita harus menatap layar laptop hingga berlarut-larut. Keesokan harinya, pak Kadarusman membawa genset portable dari kampus Jakarta, yang dijadikan serep jikalau matai lampu terulang lagi.

Kesulitan lain yang kami lalui yaitu masalah koneksi internet. Dimana internet di sini sangat lambat, sehingga memakan waktu yang lama dalam pencarian data yang dibutuhkan. Wifi yang disediakan pun tersebar dan koneksinya pun tidak terlalu cepat. Sehingga kita harus mancari tempat yang memiliki koneksi internet yang mendukung. Lalu beban kita pun tidak hanya itu, ditambah lagi kita dituntut untuk tetap mengikuti kewajiban dinas dalam karena kami tinggal di asrama. Dalam kondisi yang seperti ini, kita harus belajar untuk bisa mengatur waktu lebih baik lagi, mana yang harus dijadikan prioritas.

Karena kita berada di lingkungan asrama, sehingga apa yang kita lakukan selalu dipantau oleh pembina yang ada di kampus. Terkadang kita ingin mengerjakan tugas kita dengan tenang, namun ada saja yang membuat mereka mengganggu pekerjaan kita. Malah kadang mereka tidak percaya dengan apa yang kita kerjakan, seperti kita meminta izin mengerjakan tugas ke kelas saat malam tapi mereka tidak percaya kalau kita di kelas mengerjakan tugas atau sekedar main-main.

Kami merasa apa yang kami lakukan tidak didukung pihak mereka, seolah apa yang kami kerjakan itu hanyalah alibi untuk menghindari kegiatan rutin yang dilakukan di kampus ini. Karena kita sering bertukar pikiran dengan Pak Kadarusman, so Pak Kadar memberikan kami the best answer jika ada orang lain yang bertanya. Kalau orang lain nanya apa yang kita kerjain, kita cukup jawab “kami sedang gila dan kami sedang mengerjakan hal gila” (Kadarusman, 2018).

Di kondisi yang seperti ini, dimana kami harus ngerjain sesuatu tapi kita dalam keadaan tertekan, tidak semua orang dapat melaluinya dengan sabar, tenang dan juga tegar. Banyak dari kami yang tidak dapat menyembunyikan emosinya baik itu lelah, marah, ataupun mengantuk. Mungkin bagi beberapa orang akan menangis (seperti rekan kami diatas) agar dapat menghilangkan beban yang tersimpan di dalam hatinya, atau beristirahat sebentar untuk melepas ngantuk dan lelah.

Kami masih berusia tanggung, dimana emosi kita masih labil dalam menghadapi berbagai keadaan dan juga masalah. Sehingga yang kami butuhkan hanyalah dukungan dari orang-orang sekitar. Terkhusus dukungan dari orangtua sangatlah berpengaruh bagi perkembangan dan kemajuan kami.

Tahap Desain aplikasi

Disela-sela pengerjaan data spesies, koordinator desain aplikasi yaitu Pulung Adhi dan Nadia Hema yang dibimbing oleh Pak Kadarusman untuk mendesain tampilan aplikasi yang akan dibuat. Desain ini harus disesuaikan dengan informasi yang dimuat di dalamnya, baik itu data jumlah spesies, peta sebaran spesiesnya, dll. Desain aplikasi merupakan penentu banyak atau tidaknya masyarakat yang tertarik untuk mengunduh aplikasi ini dan tentu saja keakuratan data yang ada di dalamnya.

Untuk membuat desain aplikasi ini, semua orang dapat memberikan saran. Sangat sulit untuk membuat desain aplikasi, karena kita harus bisa menarik masyarakat untuk menggunakannya. Dibutuhkan keuletan dan kreatifitas yang tinggi. Langkah awal yaitu mendesain bagian cover atau halaman depan, dimana cover merupakan faktor penentu untuk menarik minat masyarakat. Data dalam aplikasi ini harus dibuat sesempurna mungkin.

Sebenarnya kita ingin aplikasi ini bertaraf internasional but we don’t have a lot of time, jadi kita meminta program apikasi yang tidak terlalu rumit. Dan jika kita membuat aplikasi lebih rumit maka biaya yang dikeluarkan pun akan lebih besar. Namun, walaupun aplikasi yang kita buat tidak terlalu expensif tapi kualitas data yang kita masukan bertaraf internasional. Kami menggunakan bahasa inggris, karena bahasa inggris merupakan bahasa dunia sehingga orang dari luar negeri pun akan memahaminya.

Untuk mendapatkan sesuatu yang spektakuler, we need a lot of cost. Untuk itu, karena kita mengeluarkan produk dalam bentuk aplikasi sehingga biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Technically, kita ga buat aplikasinya tapi yang kita lakuin yaitu membeli programnya lalu masukin data yang kita punya ke dalam program itu secara mandiri. Sehingga hal ini dapat mengurangin sedikit pengeluaran dalam projek ini. Pada negosiasi awal, pihak pembuat aplikasi meminta biaya sekitar 3 juta dan juga waktu pembuatan selama 3 minggu. Namun setelah Pak Kadarusman jelaskan yang kita mau seperti apa, maka mereka menurunkan harga aplikasi tersebut dan waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 12 hari.

Tahap input data ke Google earth dan My google map

Tahap selanjutnya yaitu setelah data spesies terkumpul di koordinator data spesies lalu data sebaran per spesies dimasukan ke google earth dan google map oleh koordinator maping yaitu Acacia Zeny dan I Wayan Yudha. Data spesies-spesies ikan yang tersebar di Indonesia dimasukan ke dalam map Indonesia. Hal ini akan memperjelas pengguna aplikasi melihat letak spesies ikan yang dibutuhkan dalam bentuk map. Proses memasukan data ke dalam map memakan waktu paling lama dibandingkan dengan tahap lainnya. Karena pada satu spesies bisa saja tersebar diberbagai daerah, ditambah lagi dalam map juga harus terdapat foto spesies tersebut.

Seperti koordinator lainnya, Aca dan Wayan juga dibimbing oleh Pak Kadarusman. Projek ini sangat sulit bila dikerjakan secara mandiri, sehingga disini kita harus bekerja satu sama lain agar dapat berjalan dengan lancar. Sistemnya yaitu setiap koordinator harus berkonsultasi kepada Pak Kadar mengenai kemajuan tugas masing-masing entah itu kendala ataupun hal lain. Ini adalah ujuan dari dibentuknya koordinator, sehingga Pak Kadar lebih mudah dalam pengontrolannya.

Sistem pemasukan data sebaran spesies di Indonesia dalam google earth dan google map cukup rumit dan butuh kesabaran yang ekstra. Yaitu contoh pada satu spesies distribusinya di Indonesia ada di Malang, Jakarta, dan Bandung maka langkah awal yaitu masukan sebaran spesies ikan ini di google earth sesuai dengan daerah yang ada di data spesies lalu masukan lagi ke dalam google map yaitu My Map. Kenapa kita harus masukin ke google earth dulu? Cause my map tidak bisa diperbanyak, harus masukin data secara manual yaitu dimasukan satu-satu per daerah.

Satu spesies bisa tersebar lebih dari 2 daerah, dan kita memiliki data spesies sekitar 255 spesies. Kebayang kan gimana banyaknya daerah yang harus kita tandain di google map dari 255 spesies itu. Untuk itu kita sepakat membagi tugas dalam pengerjaan maping ini, yaitu misal pada tahap awal satu orang cari data tentang 5 spesies nah setelah itu sebaran dari 5 spesies tersebut kita masukin secara individu ke dalam google map. Sehingga hal ini dapat meringankan beban koordinator. Sebenarnya jika memiliki banyak waktu, koordinator sanggup untuk mengerjakan maping ini sendiri. Namun, dilihat dari waktu yang kita punya sangat sedikit jadi koordinator meminta seluruh anggota kelas untuk berkontribusi dalam pengerjaan maping ini.

Tahap penyusunan paper Review

Banyak orang berkata bahwa membuat paper itu sulit bagi pemula dan pernyataan mereka itu memang terbukti kebenarannya, hal ini merupakan apa yang kami alami. Dalam proses pembuatan paper kita harus mereview pendapat dari para peneliti, para ahli serta para pakar penulis dengan mencantumkan sitasi dari berbagai sumber yang kita pakai, rasa takut akan tuduhan plagiarisme kerap kali datang menghampiri ketika paper sudah dibuat, rasa ragu akan kebenaran hasil review terkadang membuat kita tidak percaya diri akan apa yang sudah kita kerjakan. Namun disinilah dosen sebagai pembimbing berperan penting dalam pembuatan paper.

Proses pembuatan paper ini diawali dengan pembuatan topologi materi yang akan dimuat dalam paper tersebut. Materi yang dimuat yaitu definisi SAI dari berbagai pendapat, faktor yang penyebab spesies menjadi SAI, dampak yang ditimbulkan dari adanya SAI, cara penanggulangan SAI, status SAI di Indonesia, dll.

Dalam pengerjaan paper review ini, memiliki banyak kendala. Salah satunya yaitu dalam mencari suatu materi dalam google scholar tidak langsung akan menemukan materi tersebut tetapi kita harus membuka pdf secara satu per satu untuk dibaca materi yang ada di dalamnya. Pada tahap pembuatan paper dikoordinir oleh Alifa Egitia dan Fadil Mursyid. Standarisasi paper review ini yaitu minimal 50-100 literatur baik dari jurnal internasional maupun nasional. Data yang ada dalam paper tersebut berasal dari jurnal-jurnal yang membahas tentang SAI. Namun, semuanya berbuah manis, paper review kami is appeared at www.academia.edu. link here. Bersamaan dengan itu, kamipun bangga men-share produk kami sebelumnya, click here.

Tahap penyusunan infografis

Setelah pembuatan paper mengenai Spesies Asing Invasif, selanjutnya koordinator Desain Infografis yang bergerak. Pada bagian ini dikoordinir oleh Srinindya Gabriella dan Mutiara Islami. Dalam pembuatan infografis ini, materi yang dimasukan berasal dari paper yang telah dibuat, namun dalam bentuk yang lebih efektif. Hal yang dimuat dalam infografis ini diantaranya mengenai definisi SAI, penyebab terjadinya SAI, faktor yang menyebabkan ikan menjadi invasif, dampak dari SAI, contoh gambar spesies ikan invasif, persentasi jumlah SAI baik ikan konsumsi maupun ikan hias yang ada di Indonesia. Kesulitan yang dilewati dalam pembuatan desain infografis ini adalah dalam 1 halaman harus memuat semua mengenai SAI secara efektif.

Tapi tugas dari koordinator desain infografis tidak sampai disitu. Ternyata Pak Kadarusman meminta Nindya dan Mutiara untuk mendesain baju untuk pelaunchingan aplikasi ini nanti. Pak Kadar meminta agar desain baju ini dibuat semenarik mungkin, dan terdapat kalimat yang attractive di dalamnya.

Menurut koordinator infografis terdapat kendala-kendala yang dialami. Kendala tersebut diantaranya yaitu belum terlalu jago dalam penggunaan aplikasi desain gambar, butuh inspirasi untuk pembuatan desain, waktu yang singkat sehingga membatasi dalam pembuatan desain yang lebih menarik, dan yang terakhir yaitu harus menariknya desain ini dan merupakan perpaduan dari gambar dan juga kalimat menarik.

Untuk hasil desainnya, kami memasukan ikon ikan yang sama seperti yang terdapat di dalam aplikasi yaitu adalah Lion Fish. Dan dimasukkan pula kalimat yang berhubungan dengan materi invasif ini. Untuk kalimatnya kami menggunakan kalimat “Invaders make bad neighbors”. Namun, ini masih merupakan hasil desain dari koordinator. Pak Kadar belum memberikan masukkan untuk desain baju tersebut. Koordinator harus menyetorkan hasilnya ini terlebih dahulu, baru Pak Kadar akan memberikan pendapatnya mengenai desain ini. Final version Infografis SAI Indonesia, click here.

Tahap analisis Chord diagram

Circos plot adalah suatu aplikasi yg digunakan dalam bidang biologi khususnya bagian genomik dan kromosom yang memvisualisasikan ke dalam bentuk chord diagram. Circos plot diolah dengan bantuan software pemograman komputer yaitu PERL . Namun, dalam hal ini digunakan untuk kepentingan distribusi penyebaran suatu spesies ikan.

Tidak berhenti itu saja, setelah data dimasukkan ke dalam map, data juga harus dimasukkan ke dalam chord diagram. Tujuan buatnya chord diagram ini adalah agar masyarakat tahu distribusi spesies-spesies ikan pada setiap daerah. Dalam pengerjaan chord diagram pun ada koordinator yang memimpin.

Tahap ini merupakan tahap tersulit, karena harus mempelajari suatu aplikasi secara otodidak. Pada awalnya diintruksikan oleh Pak Kadar untuk mendownload Circos yaitu suatu aplikasi untuk membuat chord diagram, para koordinator harus mencari tutorial untuk penggunaan aplikasi Circos ini. Namun pembuatan chord diagram pada aplikasi Circos ini mengalami kendala, dimana harus mendownload beberapa software lain terlebih dahulu seperti Strawberry PERL, CPAN Module, NotePad++, dan 7Zip ternyata masih tetap tidak bisa karena harus menggunakan coding. Aplikasi ini terlalu sulit untuk dipelajari karena mengingat waktu yang kita punya tidak banyak.

Untuk itu, akhirnya koordinator menemukan cara yang lebih mudah yaitu dibuat secara online. Dalam pembuatannya menggunakan Notepad++, yang awalnya dicoba terlebih dahulu dengan mencoba memasukan data sebagai contoh ternyata langsung muncul chord diagram yang diinginkan. Akhirnya mereka pun memasukkan data yang sesungguhnya untuk diubah menjadi chord diagram. Dengan kecerdasan Basan dan Kurnia dalam menguasai software maka berhasil lah pembuatan chord diagram ini.

Refreshing, going wild

Sembari kita mengerjakan projek ini, kita memutuskan untuk mengadakan kuliah wisata guna menyegarkan otak-otak kita yang penat karena terus berkutik dengan laptop untuk mengolah data. Kita mengadakan kuliah wisata ke waduk buatan di daerah Krenceng, Cilegon yaitu Bendungan Nadra Krenceng. Pak Basuki dan Ibu Ratna juga ikut dalam kuliah wisata kali ini. Tujuan utama dari kw ini adalah untuk mengetahu spesies apa saja yang ada di bendungan tersebut.

Kita berangkat menggunakan kereta api, karena jarak ke Krenceng lebih cepat menggunakan transportasi kereta api. Ditambah lagi untuk penghematan biaya pengeluaran. Kami berangkat sekitar pukul 8 untuk pergi ke stasiun Karangantu, lalu membeli tiket ke arah Merak sekitar pukul 9 kurang. Perjalanan ke Krenceng menggunakan kereta api memakan waktu sekitar 30 menit, kita turun di stasiun Krenceng. Untuk sampai ke bendungan Nadra kita harus menempuh waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. TPS tidak pernah mengharapkan sesuatu yang mewah, bagi kami hal sederhana pun akan menjadi indah jika dijalanin dan dinikmati bersama-sama. Walaupun kami harus berangkat dengan kereta api yang merupakan transportasi umum dan berjalan kaki untuk mencapai waduk tersebut, but we are enjoyed our moment.

Saat kami tiba di bendungan Nadra, kami disambut oleh pihak pengelola bendungan untuk dipandu berkeliling melihat-lihat. Tetapi sebelumnya kami diberikan pengarahan dan sedikit penjelasan mengenai bendungan tersebut. Tujuan dari kunjungan kami ke bendungan Nadra ini adalah berharap dapat membawa pulang sampel spesies ikan invasif yang ada di bendungan tersebut. Namun, menurut pemandu tersebut di kawasan bendungan ini tidak boleh ada kegiatan penangkapan ikan baik memancing ataupun menjala.

Bendungan ini merupakan bendungan urugan tanah homogen yang kontruksinya dimulai pada tahun 1962 dengan pantauan Soviet Rusia (USSR) yaitu untuk keperluan industri baja. Namun pada tahun 1966-1971 sempat tertunda dan lanjutkan pada tahun 1974. Pembangunan selesai ini selesai pada tahun 1976, namun baru memperoleh ijin operasi dari pekerjaan umum & perumahan rakyat (PUPR) dalam Nomor : PR.01.04-MnA3 pada tahun 2016. Sekarang, bendungan Nadra ini dimanfaatkan sebagai penampung air untuk penyedia air baku.

Fasilitas yang ada di bendungan ini adalah pos menara pengawas yang digunakan untuk mengawasi bendungan guna mencegah pelanggaran-pelanggaran yang akan terjadi. Bendungan ini terkadang diawasi oleh beberapa anggota kepolisian yang kantornya berada di sekitar Bendungan. Dan ada juga bangunan untuk memfilter air. Air bendungan berasal dari sumber mata air yang mengalir masuk. Namun, sebelum masuk ke bendungan air harus difilter terlebih dahulu agar mengurangin adanya lumut-lumut yang terbawa oleh air.

Proses masuknya spesies ikan invasif ke dalam bendungan Nadra ini adalah ketika air yang berasal dari sumber mata air masuk ke dalam bangunan untuk difilter, spesies tersebut masih bentukan juvenile. Juvenile tersebut besar di dalam tampungan yang ada di dalam filter tersebut. Lalu terakhir air yang ada di dalam tampungan akan disalurkan ke dalam bendungan. Seperti itulah proses masuknya spesies ikan invasif ke dalam bendungan.

Di bendungan Nadra juga terdapat pintu air sebagai penahan agar air yang ada di dalam bendungan tidak mengalir ke sungai yang berada di bawah bendungan. Penutup pintu air ini masih bersifat manual, sehingga pada saat pintu air akan dibuka maka dibutuhkan tenaga manusia untuk membuka penutupnya. Pintu air ini akan dibuka pada saat volume air di bendungan sudah melebihi batas normal. Bendungan Nadra ini belum sepenuhnya dikeliling oleh pagar pembatas, sehingga memungkinkan adanya warga yang menyelinat untuk masuk ke dalam wilayah bendungan.

Di dalam bendungan juga terdapat perbatasan wilayah yang boleh dan tidak boleh ada aktifitas penangkapan. Wilayah terlarang yaitu wilayah yang berada di dekat pintu air, dikarena takut adanya peristiwa yang tidak diinginkan. Sedangkan wilayah yang diperbolehkan yaitu yang jauh dari pintu air, di wilayah ini warga sekitar dapat melakukan aktifitas penangkapan seperti memancing namun dengan peraturan tertentu, namun tamu yang berkunjung tidak diperbolehkan melakukan aktifitas penangkapan.

Dan akhir dari kunjungan ini ditutup dengan foto bersama sebagai kenang-kenangan dari kunjungan ini. Setelah itu, kami memutuskan untuk segera kembali ke stasiun Krenceng untuk menuju Serang. Kami akan melanjutkan perjalanan yaitu menuju pasar ikan hias yang berada di Serang. Kami menaiki kereta api sekitar pukul 12 siang, perjalanan menuju Serang ditempuh sekitar 40 menit dan kami turun di stasiun Serang. Namun kami harus menunggu kereta api tiba sesuai jadwal pemberangkatan. Kami menunggu di stasiun Krenceng, duduk bersama-sama di lantai stasiun. Ya kalian pasti tau lah apa reaksi orang-orang dengan kita duduk di lantai kaya gini hahaha...

Setibanya kita di stasiun Serang, kami memutuskan untuk bersistirahat terlebih dahulu di Masjid Agung sekaligus melaksanakan ibadah sholat. Kami melaksanakan ibadah sholat terlebih dahulu bagi yang muslim, dan yang lain menunggu di halaman masjid. Setelah semua berkumpul, kami duduk bersama-sama di rumput halaman masjid untuk makan bersama. Makan siang ini kami bawa dari kampus yang merupakan jatah makan siang kami. Makanan ini kami bagikan secara adil, lalu kami pun makan bersama.

Setelah makan, kami akan melanjutkan perjalanan ke pasar ikan hias yang berada tidak jauh dari masjid tersebut yaitu sekitar pada pukul 2 siang. Tujuan kami ke pasar ikan hias yaitu untuk mendata spesies ikan apa saja yang diperjualbelikan di Serang ini. Dalam pendataan ini, kami memakai strategi bahwa satu toko didata oleh satu kelompok. Dan keseluruhan kelompok terdiri dari 14 kelompok. Kurang lebih jumlah toko yang ada di pasar ini adalah sekitar 19 toko. Kebanyakan toko di sini tidak fokus menjual pada satu spesies ikan saja, tetapi menjual berbagai macam spesies baik invasif maupun non invasif. Selain harus mendata spesies apa saja yang diperjualbelikan, kita juga harus mengambil foto spesies ikan yang ada di toko-toko tersebut.

Beberapa spesies yang diperjualbelikan yaitu seperti Lepisosteus platirimcus (American Alligator), Corydoras paleatus (Ikan Tikus), Scleropages legenderei (Arwana Super Red), Betta spiendens (Cupang), Phractocepalus hemioliopterus (Raidtail Catfish), dan masih banyak lagi. Namun, ada satu toko yang menjual khusus berbagai macam ikan Louhan. Yang dijual yaitu Amphilopus sp. var dimana ikan ini merupakan persilangan antara Amphilopus citrinellus dengan Chiclidae timaculatum, dan masih banyak jenis lain.

Setelah kami selesai mendata spesies ikan yang ada di pasar tersebut, kami bergegas untuk kembali ke kampus. Namun, Pak Kadarusman dan Bu Ratna tidak ikut bersama kami, mereka kembali ke Jakarta sehingga yang ikut bersama kami hanya Pak Basuki. Kami pun berpamitan dengan Pak Kadar dan Bu Ratna sembari menuju ke Stasiun Serang. Jadwal kereta api kami yaitu sekitar pukul 4, kami pun mencari tempat duduk untuk menunggu kereta api datang. Setelah kereta datang kami pun naik, perjalanan yang kami tempuh sekitar 30 menit. Setelah sampai di stasiun Karangantu, kami segera kembali ke kampus dengan berjalan kaki. Setelah semua sampai di kampus, kami kembali ke asrama untuk membersihkan diri, makan, dan juga beristirahat.

Proses pengerjaan projek ini terasa berat bagi kami, karena banyaknya hal yang harus dikerjakan, waktu pengerjaan yang tidak terlalu panjang, juga kita tidak didampingi 24 jam oleh Pak Kadarusman, biasanya seperti pada kuliah sebelumnya, baik di kampus maupun di Pulau, beliau selalu ada mendampingi kami siang dan malam, namun oleh karena kondisi keluarga yang tidak memungkinkan, kamipun jalan saja dengan pengawasan via video oleh beliau. Selain itu, ada saja tekanan dari luar yang harus kita tanggung secara bersama-sama sehingga kita harus berusaha mandiri dan dapat menyatukan pikiran kami. Hal tersulit dalam projek bersama adalah menyatukan pikiran dari 70 orang agar menjadi satu tujuan. Tidak hanya itu, karena rasa lelah dan ngantuk yang sudah tidak dapat ditahan sehingga kita bisa tertidur dimana saja. Bagi kami, dimana pun tempatnya dapat kita jadikan sebagai tempat untuk beristirahat sejenak.

Tidak sampai disitu saja, kami harus menyelesaikan projek ini sebelum mata kuliah berakhir yaitu tanggal 14 Mei 2018. Sehingga, koordinator harus mengerjakan projek ini sampai berlarut-larut. Koordinator harus memeriksa kembali hasil data yang telah dikumpulkan, agar tidak ada kesalahan nantinya. Dalam penyelesaian semua data, kami (koordinator) harus begadang di juvenile dalam kurun waktu sekitar seminggu. Mengapa kami mengerjakan di juvenile? Karena koneksi internet di asrama sangat tidak bagus, sehingga akan menghambat dalam pengerjaan data tersebut.

Ada kejadian lucu sekaligus menegangkan saat kita harus begadang di juvenile. Ada salah satu pembina yang menegur kami karena sudah lebih dari batas jam untuk berada di luar asrama. Dia bertanya apakah kami sudah izin pada pembina yag bertugas pada hari itu, lalu salah satu dari kami maju untuk menjawab pertanyaan yang pastinya akan banyak hal yang ditanyakan. Yang menjawab pada waktu itu adalah I Wayan Yudha, Wayan menjawab sudah izin. Lalu pembina tersebut bertanya apakah sudah diizinkan atau tidak, Wayan malah menjawab sudah pak karena kami tidak ikut pengecekan malam.

Dari situ bapaknya merasa Wayan menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan. Bapaknya bertanya lagi apakah kalian lebih dari jam keluar masih di juvenile sudah izin apa belum? Lalu Wayan menjawab belum, bapaknya langsung marah seketika dan bilang “kamu tuh goblok apa gimana, saya kan dari awal nanya itu, tadi awal bilangnya udah sekarang bilang belum. Kamu nantangin saya apa gimana?” Wayan memberikan alasan kepada pembina tersebut, tapi bapaknya merasa bahwa Wayan menjawab dengan berbelit-belit. Kami yang duduk di juvenile merasakan ketegangan yang luarbiasa, karena pembina tersebtu sudah mengancam jika Wayan berbohong maka dia akan dihabisi oleh pembina itu. Akhirnya bapak tersebut bertanya hal lain seperti apa yang kita kerjakan, dosennya siapa, dan lain-lain. Lalu pembina itu pun mengijinkan kami berada di juvenile sampai jam 1 malam. Check and richeck, Pak Kadar sudah minta izin dengan bapak Kepala BAPPL Serang dan semua pembina pada siang harinya.

Setelah data kami selesaikan, ternyata Pak Kadar ingin agar ikan yang ada retail ikan di Serang juga dimasukkan ke dalam data. Koordinator harus menyamakan terlebih dahulu, apakah ikan yang diperdagangkan di Serang sudah terdapat dalam data atau belum. Jika spesies ikan belum terdapat di dalam data, maka kita harus mencari data spesies ikan tersebut dan menambahkannya ke dalam semua data.

Spesies ikan invasif yang kami temukan di Serang sekitar 22 spesies, namun yang belum termasuk di dalam data hanya sekitar 8 spesies. 8 spesies tersebut yaitu Tetraodon lineatus, Serrasalmus gibbus, Serrasalmus serrulatus, Pristobrycon striolatus, Bramocharax bransfordii, Esox americanus, Esox masquinongy, dan Electrophorus electrical.

Penyelesaian dari projek ini adalah semua anggota kelas harus berkontribusi untuk mengecek semua spesies yang ada di data untuk di cek satu per satu keakuratannya. Baik itu penulisan yang benar, sumbernya, foto, pesebaran spesies di map, dll. Hasil akhir dari maping, pesebarannya dibagi ke dalam 7 pulai besar saja yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara.


Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page